Tuesday, April 26, 2011

Celoteh sang guru

Hari ini pulang kerja lebih cepat dari biasanya..

Istirahat bentar, mandi terus nonton 'hitam-putih'nya Dedy Corbuzier..
salah satu bintang tamunya pak Nie Ing Han. Guru matematika tunanetra.
beliau 'hilang' penglihatan sejak 24 tahun lalu..
tetapi itu tidak mengurangi semangat dan tekad beliau untuk terus mengajar
-dalam hal ini memberikan les private matematika dan fisika-


Setengah terperangah mendengar komentar salah seorang muridnya..
"yang saya tahu, selama beberapa tahun pan Ing Han mengajar, tidak pernah ada yang salah.. walupun beliau punya kekurangan, tetapi beliau tetap punya semangat untuk mengajarkan ilmu kepada orang lain'
Orang yang utuh anggota tubuhnya belum tentu punya semangat dan niat seperti beliau"

Iya sih, kalo kita sepakat bahwa 'Hidup itu belajar', artinya sepanjang hidup ini kita terus belajar.. Maka, kita juga msepakat bahwa 'Hidup itu mengajar'
kita semua adalah murid sekaligus guru dalam kehidupan ini..

Soalnya, maukah kita terus belajar.. dan tentu saja mengajar?? belajar dan mengajar rupa² hal.. kepada siapa saja, bahkan kepada alam..

Teringat gumam seorang guru Sekolah Dasar di pelosok kampung nun jauh;
ketika ia bangun pagi.. Ia begitu bahagia.. bahagia sebagai seorang guru..
sembari berkata dengan penuh kebanggaan;

"Saya heran.. untuk mengajar saja saya mesti dibayar...
Padahal tanpa dibayar pun pasti saya mengajar"



untuk mama tercinta
adik²ku Adi victor & Meron
tiga orang guru yang mendedikasikan hidupnya untuk mengajar

Baca Selengkapnya......

Sunday, April 24, 2011

Salib yang tak kupilih

Aku, Simon dari Kirene...
Banyak orang yang mengenal aku sejak peristiwa salib itu.. tapi tak banyak yang tahu tentang siapa aku..

Bisa dikatakan mirip lah kisah 'kepopuleran'ku dengan bintang² youtube di jaman sekarang ini.. sama² berawal dari ketidak-sengajaan dan tanpa di perkirakan sebelumnya..

Aku lahir dan besar di Kirene, salah satu kota jajahan Yunani di Afrika Utara, tepatnya di wilayah yang saat ini tengah di landa krisis politik -Libya-.
Sejatinya, aku seorang Yahudi sampai jantung hati. Sejak kecil, kutaati hukum agama tanpa kecuali.

Yang ingin ku ceritakan disini cuma sepenggal kisah yang mengubah total kehidupan ku dan keluargaku..

Peristiwa ketika aku dan keluarga berziarah ke Yerusalem, seperti biasa setiap tahunnya, suasana paskah di Yerusalem riuh dan semarak..

Lalu ada kerumunan orang, penasaran, kudekati..
"Rombongan salib...." aku tak kuasa melihatnya.. yang ku tahu, ada diantara mereka orang Nazareth yang sudah cukup dikenal..

Aku terpana menatap wajah-Nya.. Tatapan mata-Nya, dan tiba², blassss.. cemeti melayang, darah muncrat. Lalu Ia roboh, Tubuh-Nya yang nyaris lumat itu, tak kuat lagi menahan salib dipundak-Nya..
Aku terkesima.. ketika tiba-tiba sebuah tangan kuat menarik lenganku. Lalu menaruh salib di atas pundakku.

Aku, Simon dari Kirene.. Aku tak merasa apa-apa, aku cuma merasakan betapa dekatnya aku dengan Dia sekarang.
Kudengar desah nafas-Nya, Kucium bau amis darah dari luka²-Nya..
Ia tak berkata apa². Diam deribu bahasa. Tapi mata-Nya.. mata-Nya, mampu menggantikan jutaan kata..

Aku Simon dari Kirene, Ku panggul salib-Nya, melalui peristiwa demi peristiwa..
Yang ku tahu hanya, bahwa kini aku mengenal-Nya begitu dekat. Begitu akrab. Tanpa bicara. Hanya menatap mata-Nya..

Bila ada hal yang ingin kukatakan pada anda melalui kisah ini, maka itu adalah:
Kadang² kita memang tak dapat memilih salib kita sendiri. Begitu saja salib itu diletakan di atas pundak kita. Kita dipaksa mengangkatnya, tanpa ditanya.
Tapi bila kita mau memanggulnya dan berjalan bersama Dia, menatap mata-Nya,
kita akan mengenal Dia begitu dekat dan begitu akrab.
Dan salib itu tak akan begitu terasa menekan pundak. Tiba² saja kita telah tiba di Golgota.

Dan di Golgota, barulah aku tahu apa makna semua itu..
Bahwa sebelum aku memanggul salib-Nya, sesungguhnyalah Ia yang telah memanggul seluruh salib ku. Salib seluruh umat manusia..

Aku, Simon dari Kirene.. Sebab telah kupanggul salib yang tak kupilih itu, tanpa ditanya dan tanpa bertanya;
Seluruh jalan hidupku pun berubah drastis..
Anak²ku, Rufus dan Aleksander, dan istriku semuanya menjadi pengikut-Nya.

Aku bahagia, kami bahagia.. Amat bahagia.
Dan semua itu, dimulai dengan salib itu...
ya, salib yang tak kupilih...

Disadur dari berbagai sumber

Baca Selengkapnya......

Tuesday, April 19, 2011

Untuk Semua Yang disebut 'Sahabat'

Sabtu kemarin saya temani istri tercinta (Dwi) hadiri pesta perkawinan teman sekolahnya. Terasa sedikit canggung, ada disekitar teman² sekolah Dwi, tapi kemudian semua membaur dalam suasana hangat pesta..

Satu hal yang tak luput dari penglihatan saya, betapa keceriaan yang terpancar dari pertemuan mereka.. 'sahabat-sahabat' yang telah lama terpisah, sejak lulus sekolah..

Bahkan semarak pesta tak mampu menutupi keceriaan dan canda tawa dwi dan teman-temannya.. arena pesta perkawinan seolah hanya milik mereka..

Dalam termangu, saya melihat pancaran arti persahabatan.. tapi di hati ada tanya; apa yang membuat mereka begitu bahagia, seolah ingin menandingi kebahagiaan teman mereka yang duduk di pelaminan??

Kata orang, SAHABAT lebih dari sekedar teman biasa.
karena seorang sahabat adalah orang yang selalu mengerti perasaan sahabatnya;
karena sahabat adalah teman yang punya banyak kesamaan dengan sahabatnya;
karena sahabat adalah orang yang tak pernah menyakiti sahabatnya;
karena sahabat adalah dia yang terbaik;
karena sahabat adalah kupu-kupu


tapi kok saya tidak menemukan 100% kebenaran arti sahabat dari suasana malam di pesta perkawinan itu...

banyak cerita mereka tentang kisah² yang menyakitkan, saling menyakiti.. tapi akhirnya ada tawa disana..
ada cerita tentang mereka yang tidak mengerti perasaan sahabatnya dulu.. tapi lalu ada tawa bahagia disana...
ada lagi kisah tentang berbagai perbedaan diantara mereka yang malah membuat mereka semakin erat dan saling melengkapi..

Saya tahu sekarang,, ternyata SAHABAT adalah dia yang JUJUR melihat sahabatnya..

sembari mengenang kisah dimalam perkawinan itu, sayup² saya dengar syair lagu sindentosca dari televisi tetangga..
"......Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu..
persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah..
persahabatan bagai kepompong, maklumi teman hadapi perbedaan......"

Baca Selengkapnya......

Tuesday, April 05, 2011

'Uang' itu...

Memulai tulisan ini, terlintas kembali bayangan beberapa hari kemarin saat gajian..
Ada kepuasan tersendiri ketika kerja kita dihargai dengan sejumlah rupiah ^___^
nah.. uang itu.... obyek tulisan hari ini adalah uang itu..

Banyak orang mendramatisir bahwa uang itu hanya 'alat' untuk mencapai 'kebahagiaan'...
artinya KEBAHAGIAAN adalah target utama yg mesti di kejar dan uang adalah hanyalah alat untuk mencapai 'kebahagiaan' itu. kereeeenn.. andaikan kenyataannya selalu begitu,, nah loh.. emang kenyataannya ga selalu begitu??

Kenyatannya, coba search di google kata 'UANG' kira² ada 104.000.000 temuan, sementara kata 'bahagia/kebahagiaan' hanya berkisar 30.000.000.
Dengan kata lain, bisa dikatakan UANG lebih banyak di 'search' dari pada 'kebahagian'
sampai disitu, masih jujurkah kita menempatkan 'uang' hanya sebagai alat? atau malah kita sudah sampai pada kesimpulan bahwa uang = kebahagian = target kita..

Ada cara yang sederhana namun cukup mumpuni untuk menguji diri, apakah kita termasuk golongan yang masih menempatkan uang sebagai 'alat' untuk mencapai kebahagiaan atau kita telah menempatkan uang sebagai target atau kebahagiaan itu sendiri..

Apabila uang hanya sekadar alat untuk mencapai kebahagiaan, maka besar kecilnya uang tak mempengaruhi kadar kebahagiaan yang bakal didapat. mengapa? karena uang hanya salah satu alat saja, masih banyak instrumen lain yang bisa mendukung tercapainya kebahagian itu.
Jika uang hanya sebagai alat, maka sekecil apapun uang yang dihasilkan tentu disyukuri dan dipakai sebaik²nya demi kebahagiaan.

Lalu bagaimana jika uang adalah target/tujuan?? mudah kok melihatnya..
Jika uang dijadikan tujuan maka semakin besar uang, semakin bahagia; semakin sedikit uang, semakin kecil kebahagiaannya..
kok begitu?? Ya tentu saja begitu. sebab jika uang dijadikan tujuan, maka semakin banyak uang yang dimiliki, orang akan merasa bisa melakukan apa saja yang disukai (membahagiakan dirinya) maupun yang tidak disukainya..

Begitulah uang itu..
Sembari menatap uang itu, saya terus menantang diri untuk menguji.. dimana posisi saya..
Begitulah uang itu..
melayang ke tangan istri.. :)))

Baca Selengkapnya......